Pages

Friday, July 9, 2010

Mangkok Tanpa Alas

Seorang raja bersama pengiringnya keluar dari istananya untuk
menikmati udara pagi. Di keramaian, ia berpapasan dengan seorang
pengemis. Sang raja menyapa pengemis ini, "Apa yang engkau inginkan
dariku?" Si pengemis itu tersenyum dan berkata, "Tuanku bertanya,
seakan-akan tuanku dapat memenuhi permintaan hamba." Sang raja
terkejut, ia merasa tertantang, "Tentu saja aku dapat memenuhi
permintaanmu. Apa yang engkau minta, katakanlah!" Maka menjawablah
sang pengemis,"Berpikirlah dua kali, wahai tuanku, sebelum tuanku
menjanjikan apa-apa." Rupanya sang pengemis bukanlah sembarang
pengemis. Namun raja tidak merasakan hal itu. Timbul rasa angkuh dan
tak senang pada diri raja, karena mendapat nasihat dari seorang
pengemis. "Sudah aku katakan, aku dapat memenuhi permintaanmu. Apapun
juga! Aku adalah raja yang paling berkuasa dan kaya-raya." Dengan
penuh kepolosan dan kesederhanaan si pengemis itu mengangsurkan
mangkuk penadah sedekah,"Tuanku dapat mengisi penuh mangkuk ini
dengan apa yang tuanku inginkan." Bukan main! Raja menjadi geram
mendengar 'tantangan' pengemis dihadapannya. Segera ia memerintahkan
bendahara kerajaan yang ikut dengannya untuk mengisi penuh mangkuk
pengemis kurang ajar ini dengan emas! Kemudian bendahara menuangkan
emas dari pundi-pundi besar yang di bawanya ke dalam mangkuk sedekah
sang pengemis. Anehnya, emas dalam pundi-pundi besar itu tidak dapat
mengisi penuh mangkuk sedekah. Tak mau kehilangan muka di hadapan
akyatnya, sang raja terus memerintahkan bendahara mengisi mangkuk itu.
Tetapi mangkuk itu tetap kosong. Bahkan seluruh perbendaharaan
kerajaan: emas, intan berlian, ratna mutumanikam telah habis dilahap
mangkuk sedekah itu. Mangkuk itu seolah tanpa dasar, berlubang. Dengan
perasaan tak menentu, sang raja jatuh bersimpuh di kaki si pengemis,
ternyata dia bukan pengemis biasa, terbata-bata ia bertanya, "Sebelum
berlalu dari tempat ini, dapatkah tuan menjelaskan terbuat dari apakah
mangkuk sedekah ini?" Pengemis itu menjawab sambil tersenyum, "Mangkuk
itu terbuat dari keinginan manusia yang tanpa batas. Itulah yang
mendorong manusia senantiasa bergelut dalam hidupnya". Ada
kegembiraan, gairah emuncak di hati, pengalaman yang mengasyikkan kala
engkau menginginkan sesuatu. Ketika akhirnya engkau telah mendapatkan
keinginan itu, semua yang telah kau dapatkan itu, seolah tidak ada
lagi artinya bagimu. Semuanya hilang ibarat emas intan berlian yang
masuk dalam mangkuk yang tak beralas itu. Kegembiraan, gairah, dan
pengalaman yang mengasyikkan itu hanya tatkala dalam proses untuk
mendapatkan keinginan.. Begitu saja seterusnya, selalu kemudian datang
keinginan baru. Orang tidak pernah merasa puas. Ia selalu merasa
kekurangan." Anak cucumu kelak mengatakan : power tends to corrupt;
kekuasaan cenderung untuk berlaku tamak. Raja itu bertanya lagi,

"Adakah cara untuk dapat menutup alas mangkuk itu?" "Tentu ada,
yaitu rasa syukur kepada Tuhan.

Jika engkau pandai bersyukur, Tuhan akan menambah nikmat padamu,"
Ucap sang pengemis itu, sambil ia berjalan kemudian menghilang.

No comments:

Post a Comment